A. Unsur
Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi Pembelian
Menurut Mulyadi (2001:311)
Unsur penegendalian intern yang seharusnya ada dalam system akuntansi pembelian
dirancang untuk mencapai tujuan pokok pengendalian intern akuntansi berikut
ini:
- menjaga kekayaan (persediaan) dan kewajiban perusahaan (utang dagang atau bukti kas keluar yang akan dibayar)
- menjamin ketelitian dan keandalan data akuntansi (utang dan persediaan)
Untuk merancang
unsur-unsur pengendalian intern akuntansi yang diterapkan dalam Sistem
akuntansi pembelian, terdapat 3 unsur pokok yang harus diperhatikan.
Unsur-unsur pokok tersebut adalah :
1. Organisasi
2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan.
3. Praktik yang sehat.
a.
Organisasi
Perancangan organisasi
dalam sistem akuntansi Pembelian harus didasarkan pada unsur pokok sistem
pengendalian intern berikut ini :
1. Fungsi pembelian harus terpisah dari fiuigsi penerimaan
Pemisahan kedua fungsi ini
dimaksudkan untuk menciptakan pengecekan intern dalam pelaksanaan transaksi
pembelian. Dalam transaksi pembelian fungsi pembelian berkewajiban untuk
mendapatkan penjual sebagai Supplier barang yang diperlukan oleh perusahaan.
Untuk menjamin bahwa barang yang dikirim oleh Supplier sesuai dengan barang yang
dipesan, diperlukan fungsi lain untuk melakukan pengecekan secara independent
mengenai kesesuaian jenis, kuantitas, mutu dan tanggal pengiriman barang yang
direalisasikan oleh Supplier dengan yang tercantum dalam surat order pembelian.
Oleh karena itu, perlu dibentuk fungsi penerunaan yang terpisah dari fungsi
pembelian, fungsi penerimaan mempunyai wewenang untuk menolak barang yang
dikirim oleh Supplier, yang tidak sesuai dengan barang yang tercantum dalam
surat order pembelian.
2. Fungsi pembelian harus terpisah dari fungsi akuntansi
Dalam sistem akuntansi
pembelian, fungsi akuntansi yang melaksanakan pencatatan utang dan persediaan
barang harus dipisahkan dari fungsi operasi yang melaksanakan transaksi
pembelian. Fungsi pembelian ini berada di tangan bagian pembelian, berdasarkan
unsur sistem pengendalian intern yang baik, fungsi akuntansi harus dipisahkan
dari kedua fungsi pokok yang lain : yaitu fungsi operasi dan fungsi
penyimpanan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kekayaan perusahaan dan menjamin
ketelitian dan keandalan data akuntansi.
3. Fungsi penerimaan harus terpisah dari fungsi penyimpanan
barang.
Fungsi penerimaan
merupakan fungsi operasi yang bertanggung jawab atas penerimaan/penolakan
barang yang diterima dari Supplier. Fungsi penyimpanan merupakan fungsi yang
bertanggung jawab atas penyimpanan barang yang telah diterima oleh fungsi
penerimaan. Kedua fungsi tersebut harus dipisahkan karena kegiatan penerimaan
barang memerlukan keahlian mengenai barang dan pengetahuan mengenai syarat-syarat
pembelian, dan kegiatan penyimpanan barang memerlukan keahlian dalam
pengelolaan penyimpanan barang dan pelayanan pengambilan barang bagi pemakai.
4.
Transaksi harus dilaksanakan oleh lebih dari satu orang atau lebih dari satu
fungsi.
Setiap transasksi harus
dilaksanakan dengan melibatkan lebih dari satu karyawan/lebih dan satu fungsi.
Dengan penggunaan unsur sistem pengendalian intern tersebut, setiap pelaksanaan
transaksi selalu akan tercipta internal check yang mengakibatkan pekerjaan
fungsi yang satu dicheck ketelitian dan keandalannya oleh fungsi yang lain.
Oleh karena itu dalam sistem akuntansi pembelian, transaksi pembelian hams
dilaksanakan oleh fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi penerimaan, ficngsi
akuntansi. Tidak ada transaksi pembelian yang dilaksanakan secara lengkap oleh
hanya satu fungsi tersebut.
b.
Sistem Otorisasi dan prosedur Pencatatan
Dalam organisasi setiap
transaksi keuangan terjadi melalui sistem otorisasi tertentu. Otorisasi
terjadinya transaksi dilakukan dengan pembubuhan tanda tangan oleh manajer yang
memiliki wewenang untuk itu, pada dokumen sumber setiap transaksi yang terjadi
dicatat daiam catatan akuntansi melalui prosedur pencatatan terternu. Dengan
demikian, maka kekayaan perusahaan akan terjamin keamanannya dan data akuntansi
yang dicatat terjamin ketelitian dan keandalannya. Beberapa dokumen yang harus
diotorisasi adalah sebagai berikut :
- Surat perrnintaan pembelian diotorisasi oleh fungsi gudang, untuk barang yang disimpan dalam gudang atau kepala fungsi pemakai barang, untuk barang yang langsung dipakai.
- Surat order pembelian diotorisasi oleh fungsi pembelian atau pejabat yang lebih tinggi.
- Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan.Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi atau pejabat yang lebih tinggi.
c.
Praktek yang Sehat
- Penggunaan formulir bernomor urut tercetak.
- Supplier dipilih berdasarkan jawaban penawaran harga bersaing dari berbagai Supplier.
- Barang hanya diperiksa dan diterima oleh fungsi penerimaan. Jika fungsi ini telah menerima tembusan surat order pembelian dari fungsi pembelian.
- Fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang diterima dari Supplier dengan cara menghitung barang tersebut dan mernbandingkannya dengan tembusan surat order pembelian.
- Terdapat pengecekan harga, syarat pembelian dan ketelitian perkalian dalam faktur dari Supplier sebelum faktur tersebut diproses untuk dibayar.
- Bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya dicap “Lunas” oleh fungsi pengeluaran kas setelah cek dikirimkan kepada Supplier.
Dokumen
dan catatan :
Dokumen dan catatan penting yang umum digunakan dalam pengolahan transaksi Pembelian
dan Pengeluaran Kas meliputi:
1. Cek yang
merupakan perintah resmi kepada bank untuk membayar sejumlah uang kepada orang
yang namanya tertulis dalam perintah tersebut atau kepada pembawa.
2. Ikhtisar cek
adalah laporan yang berisi seluruh cek yang diterbitkan dalam suatu bacth
atau selama sehari.
3. File transaksi
pengeluaran kas. Informasi tentang pengeluaran yang dilakukan dengan
menggunakan cek kepada Supplier atau pihak lainnya. Ini digunakan untuk
pembukuan ke utang dagang dan file induk buku besar.
4. Jurnal pengeluaran
kas atau register cek. Catatan akuntansi formal mengenai cek yang
diterbitkan kepada Supplier atau pihak lain.
B. Unsur
Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi Penjualan
Dokumen dan catatan penting yang biasanya digunakan dalam
siklus penjualan dan penerimaan kas adalah sebagai berikut :
1. Pesanan pelanggan (customer order) Merupakan permintaan barang dagangan
oleh pelanggan, yaitu dapat diterima melalui telepon, surat, formulir isian
yang dikirimkan ke pelanggan yang ada dan pelanggan potensial, melalui
wiraniaga, atau cara yang lain.
2. Pesanan Penjualan (sales Order) Merupakan dokumen untuk mencatat
deskripsi, jumlah, dan informasi terkait atas barang yang dipesan oleh
pelanggan.
3. Dokumen Pengiriman (Shipping document) Merupakan dokumen yang dibuat untuk
memulai pengiriman barang, yang menunjukkan deskripsi atas barang dagang,
jumlah yang dikirim, dan data yang relevan.
4. Faktur Penjualan (sales invoice) Merupakan dokumen yang menunjukkan
deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga termasuk ongkos angkut,
asuransi, syarat pembayaran, dan data lain yang relevan.
5. Jurnal penjualan (sales Journal) Merupakan jurnal untuk mencatat transaksi
penjualan
6. Laporan ikhtisar
penjualan (summary sales report) Merupakan dokumen yang dihasilkan komputer yang
mengikhtisarkan penjualan untuk satu periode.
7. Notes kredit
(credit memo) Merupakan dokumen yang berisi pengurangan jumlah yang
ditagih dari pelanggan karena adanya pengembalian barang atau pengurangan
harga.
8. Notes pembayaran
(remittance advice) Merupakan dokumen yang mendukung faktur penjualan yang
dikirim ke pelanggan dan dikembalikan ke penjualan dengan pembayaran tunai.
9. Jurnal penerimaan
kas (cah receipt jurnal) Merupakan jumal untuk mencatat penerimaan kas hasil dari
penerimaan kas, penjualan tunai dan penerimaan kas yang lain.
10. Nota persetujuan
penghapusan piutang (uncollectible account authorization form) Merupakan dokumen
yang digunakan didalam perusahaan, yang menunjukkan kewenangan untuk
menghapuskan piutang usaha menjadi tak tertagih.
11. Berkas induk
piutang usaha (account receivable master file) Merupakan berkas
untuk mencatat setiap penjualan, penerimaan kas, dan retur dan pengurangan harga
penjualan untuk masing-masing pelanggan dan mengelola saldo perkiman pelanggan
12. Neraca saldo
piutang usaha (account receivable trial balance) Merupakan daftar
jumlah yang terutang kepada pelanggan pada waktu tertentu.
13. Laporan bulanan
(Monthly statement) Merupakan dukumen yang dikirimkan kepada tiap pelanggan
yang menunjukkan saldo piutang usaha, jumlah dan tanggal setup penjualan, penerimaan pembayaran tunai, notes
kredit yang diterbitkan, dan saldo akhir.
Fungsi-fungsi
yang terkait dalam transaksi kas
1. Pemrosesan pesanan pelanggan Merupakan
penawaran untuk membeli barang dengan ketentuan tertentu.
2. Persetujuan
penjualan secara kredit Indikasi adanya
persetujuan penjualan secara kredit atas permintaan
penjualan adalah persetujuan untuk mengirim barang.
3. Pengiriman barang Merupakan titik
pertama dari siklus ini dimana aktiva perusahaan meningkat.
4. Penagihan ke
pelanggan dan pencatatan penjualan Merupakan alat
pemberitahuan ke pelanggan mengenai jumlah yang ditagih atas barang tersebut.
5. Pemrosesan dan pencatatan
penerimaan kas Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan harga
penjualan Bila pelanggan tidak puas dengan barang yang diterima,
penjual seringkali menerima pengembalian barang atau memberikan pengurangan
harga karena beban tersebut.
6. Penghapusan piutang
tak tertagih Bila perusahaan berkesimpulan bahwa suatu jumlah akan
tidak tertagih lagi, jumlah tersebut harus dihapuskan.
7. Penyisihan piutang
tak tertagih Bila penjualan periode sekarang yang diperkirakan tidak
dapat ditagih dimasa depan.
C. Penerimaan
Pelunasan Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena
terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan
dagang/industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan
daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit.
Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi
memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang
lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau
bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar
investasi yang dibutuhkan.
Perputaran Piutang
Perputaran piutang timbul karena
munculnya piutang. Piutang adalah merupakan aktiva kekayaan perusahaan yang
timbul sebagai akibat dari dilaksanakaannya politik penjualan kredit. Politik
penjualan kredit ini merupakan politik yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis
untuk merangsang minat para langganan. Jadi politik ini sengaja dilakukan untuk
memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Tentu saja dengan politik
penjualan kredit ini akan menimbulkan resiko bagi perusahaan akan tidak dapat
ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang tersebut. Oleh
karena itu maka lalu memperhitungkan biaya atas resiko tidak dapat ditagihnya
piutang tersebut dalam bad debt expense. (Gitosudarmo dan Basri,2000:83)
Politik penjualan kredit dapat menimbulkan
keuntungan-keuntungan dalam bentuk :
a)
Kenaikkan
hasil penjualan
b)
Kenaikkan
Laba Hal ini adalah sebagai akibat dari kenaikkan dalam hasil penjualan akan
dapat menimbulkan kenaikkan pada laba perusahaan.
c)
Memenangkan persaingan. Dalam dunia bisnis saat ini akan
hampir semua perusahaan melaksanakan politik penjualan kredit ini. Oleh karena
itu untul menjaga posisi perusahaan didalam persaingan maka haruslah dilakukan
politik penjualan kredit penjualan tersebut, apabila tidak ingin merosot dalam
posisi persaingan dipasar. Politik penjualan yang agresif akan dapat merangsang
minat calon konsumen akan dimungkinkan untuk memakai dan menikmati kegunaan
barang yang dibelinya tanpa harus mengluarkan uang yang besar pada saat
membeli, sehingga pembeli dapat menikmati sekarang juga dengan membayarnya
nanti dikemudian hari.
Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor :
- Volume Penjualan Kredit
Makin besar jumlah penjualan kredit dari
keseluruhan penjualan akan memperbesar
jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan
memperkecil jumlah piutang.
- Syarat Pembayaran Bagi Penjualan Kredit
Semakin panjang batas waktu pembayaran
kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek
batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang.
- Ketentuan Tentang Batas Volume Penjualan Kredit
Apabila batas maksimal olume penjualan
kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif
besar maka besarnya piutang juga semakin besar.
- Kebiasaan Membayar Para Pelanggan Kredit
Apabila kebiasaan
membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang
dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar.
- Kegiatan Penagihan Piutang Dari Pihak Perusahaan
Apabila kegiatan
penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka
besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan
piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang relatif besar.
Dengan dilaksanakannya penjualan secara
kredit yang kemudian menimbulkan piutang, maka perusahaan sebenarnya tidak
terlepas dari penanggungan resiko berupa biaya. Biaya yang timbul akibat dari adanya piutang adalah :
1)
Biaya
Penghapusan
2)
Biaya
Penumpulan Piutang
3)
Biaya
Administrasi
4)
Biaya
Sumber Dana
Manajemen Piutang
Didalam kegiatan manajemen piutang
mencakup kegiataan :
a)
Perencanaan
jumlah dan pengumoulan piutang
b)
Pengendalian
piutang
c)
Penggunaan
ratio-ratio
Klasifikasi Piutang
Banyak perusahaan menjual secara
kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Piutang yang timbul
dari penjualan semacam itu biasanya diklasifikasikan sebagai piutang atau wesel
tagih. istilah perputaran piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang
trhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi
lainnya. piutang ini biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva
lancar perusahaan. (Niswonger, dkk, 1999 : 324).
Ø Piutang Usaha
Transaksi paling umum yang menciptakan
piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. piutang dicatat
dengan mendebet akun piutang usaha. piutang usaha (account receivebles) semcam
ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif
pendek, seperti 30 atau 60 hari. piutang usaha diklasifikasikan dalam aktiva
lancar.
Ø Wesel Tagih
Sepanjang wesel tagih diperkirakan
akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca
sebagai aktiva lancar. wesel tagih (notes receivebles) adalah jumlah yang
terutang bagi pelanggan, dimana pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat
utang formal kepada perusahaan.
Promes atau wesel biasanya digunakan untuk
periode kredit lebih dari enam puluh hari. sebagai contoh, sebuah dealer mobil
atau perabotan rumah tangga biasanya meminta uang muka pada saat penjualan dan
menerima promes untuk sisanya. promes atau wesel semacam itu umumnya
mengharuskan pelanggan untuk melakukan pembayaran secara bulanan.
Promes biasanaya digunakan untuk
menyelesaiakan piutang usaha pelanggan. biasanya wesel tagih dan piutang usaha
berasal dari transaksi penjualan, maka hal itu kadang-kadang disebut piutang
dagang (trade receivebles). kecuali tidak ada keterangan lain, kami akan
mengasumsikan bahwa semua wesel tagih dan piutang usaha dalam bab ini berasal
dari transaksi penjualan.
Ø Piutang Lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan
secara terpisah dalam neraca. jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam
satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. jika
penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai
aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. piutang lain-lain
(other receivebles) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari
pejabat atau karyawan.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perputaran Piutang
Jumlah piutang biasanya
melahirkan hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan
waktu penarikan yang tepat mungkin dievaluasi dengan perhitungan perputaran
piutang dagang. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yamg mempengaruhi
perputaran piutang adalah (Niswonger,dkk,1999:337):
- Net Credit Sales (Penjualan Piutang Bersih)
Tinggi rendahnya receivable turnover
mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan
dalam piutang. Makin tinggi turnovernya, berarti makin cepat perputarannya,
yang berati makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang, sehingga untuk
mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnovernya,
dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.
- Average Receivable (Piutang Usaha Rata-Rata)
Piutang usaha rata-rata dapat
ditentukan dengan menggunakan data-data bulanan ataudengan menambahkan saldo
piutang awal tahun dan akhir tahun serta kemudian dibagi dengan dua. Piutang
rata-rataa kadang diungkapkan dalam jumlah hari penjualan dalam rata-rata
piutang.
- Syarat Pembayaran Kredit
Makin lunak atau makin lama syarat
pembayaran, makin lama modal terikat pada piutang, yang ini berarti bahwa
tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Adalah
penting untuk membandingkan hari rata-rata pengumpulan piutang dengan syarat
pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hari rata-rata
pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang
telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang
efisien. Ini berarti bahwa banyak para langganan yang tidak memenuhi syarat
pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
D. Pembayaran Hutang
Hutang dagang ( accounts payable )
adalah kewajiban ( liability ) yang
belum dibayarkan untuk barang dan jasa yang diterima dalam kegiatan uasaha
normal perusahaan. Jadi perkiraan hutang dagang mencakup kewajiban karena
perolehan bahan baku , peralatan , prasarana , reparasi dan banyak lagi jenis
barang dan jasa lainnya yang telah diterima sebelum akhir tahun .
Pengendalian Intern
Terdapat dua
contoh :
1 . Klien mempunyai
pengendalian yang efektif terhadap pencatatan atas pembayaran dan perolehan.
Contoh :
klien
mempunyai struktur pengendalian intern yang efektif atas dokumentasi pada laporan penerimaan
barang yang telah bernomor , setiap
voucher yang bernomor urut
disiapkan dengan cepat dan efisien dan dicatat di dalam daftar voucher dan buku
tambahan hutang dagang . Setiap pembayaran juga dilakukan dengan cepat kalau
sudah jatuh tempo , dan pembayaran langsung di catat ke dalam buku harian
pembayaran kas dan buku tambahan hutang dagang .
Dalam
keadaan seperti ini verifikasi terhadap
hutang dagang hanya membutuhkan sedikit upaya audit setelah auditor
menyimpulkan bahwa struktur pengendalian intern tersebut berlaku efektif .
2.Pengendalian klien kurang efektif
contoh
:misalkan laporan penerimaan barang tidak digunakan , klien selalu menunda
tagihan. Tagihan sering dibayarkan
beberapa bulan setelah tanggal jatuh tempo. Kalau auditor menghadapi situasi
ini besar kemungkinan hutang dagang
dinyatakan terlalu rendah , sehingga dalam situasi ini diperlukan
pengujian rincian saldo hutang.
Penting membuat
rekonsilisasi bulanan antara laporan penjual dengan hutang yang telah di
catat dan antara buku tambahan dengan buku
besarnya . dilakukan oleh seorang
yang independen.
Tujuan audit Keseluruhan
Tujuan keseluruhan dalam audit
hutang adalah menentukan apakah hutang itu disajikan secara layak dan
diungkapkan secara tepat . Auditor harus mengetahui perbedaan penekanan anatara
audit hutang dan aktivia . Pada saat mengadakan
vertifikasi terhadap aktivia , perhatian
dipusatkan untuk memastikan bahwa saldo yang terdapat dalam pos – pos perkiraan
neraca tidak dinyatakan terlalu tinggi . kesahihan aktivia yang dicatat selalu
dipertanyakan dan diferifikasi melalui konfirmasi , pemeriksaan secara fisik ,
dan pemeriksaan dokumen – dokumen pendukungnya . Auditor tidak boleh
mengabaikan kemungkinan bahwa aktivia telah dinyatakan terlalu rendah , tetapi
kenyataannya auditor jauh lebih menaruh perhatian pada kemungkinan pernyataan
yang terlalu tinggi daripada terlalu rendah . Pendekatan yang sebaliknya diambil dalam melakukan verifikasi
terhadap saldo-saldo hutang yaitu bahwa
perhatian utama adalah pada penemuan hutang yang dinyatakan terlalu rendah atau
malah dihilangkan.
Perbedaan penekanan dalam audit atas
aktiva dan hutang ini secara langsung dipengaruhi 0leh kewajiban-kewajiban
hukum akuntan publik terdaftar ( certified public accountant ). Kalau penanam
modal, kreditor, dan pihak-pihak pengguna lainnya menetapkan, setelah
penerbitan laporan keuangan yang diaudit, bahwa modal pemilik dinyatakan
terlalu tinggi secara material, maka timbulnya tuntutan perkara terhadap kantor
akuntan publik yang bersangkutan mungkin merupakan hal yang wajar. Karena modal
pemilik yang dinyatakan terlalu tinggi tersebut dapat timbul baik karena aktiva
dinyatakan terlalu tinggi maupun hutang dinyatakan terlalu rendah, maka sudah
menjadi sifat akuntan publik untuk menekankan pada kedua jenis kesalahan
penetapan tersebut. Kemungkinan berhasilnya tuntutan perkara terhadap akuntan
publik karena tidak berhasil menemukan modal pemilik yang terlalu rendah jauh
lebih tidak mungkin terjadi.
Meskipun demikian , profesi audit
juga harus mencegah penekanan yang terlalu berlebihan untuk melindungi para
pemakai dari adanya pernyataan modal yang terlalu tinggi dengan mengorbankan
anggapan bahwa pernyataan yang terlalu rendah tidak mungkin ada. Kalau aktiva
terus menerus dinyatakan terlalu rendah dan hutang secara terus menerus
dinyatakan terlalu tinngi untuk jumlah besar perusahaan yang diaudit, maka
nilai pengambil keputusan berdasarkan informasi laporan-laporan keuangan
tersebut cenderung menurun. Oleh karena itu , walaupun alami bagi setiap
auditor untuk menekankan kemungkinan pernyataan yang terlalu tinggi pada aktiva
dan terlalu rendah pada hutang, pengungkapan kebalikan dari jenis pernyataan
yang salah tersebut juga merupakan tanggung jawab yang penting.
Pegendalian Hutang yang
Sudah Lewat Periodenya
1.Memeriksa dokumen yang mendasari setiap kas untuk periode
berikutnya . Tujuan prosedur audit
ini menemukan pembayaran dalam periode akuntansi berikut yang masih
merupakan hutang pada tanggal neraca . Dokumen pendukung diperiksa untuk
menentukan apakah pembayaran tersebut merupakan hutang untuk periode berjalan.
Contohnya kalau persediaan telah diterima sebelum tanggal neraca, maka akan
ditunjukkan seperti itu dalam laporan penerimaan barang. Kadang-kadang dokumen
untuk pembayaran dalam periode berikutnya diperiksa selama beberapa minggu
setelah tanggal neraca, terutama kalau klien tidak selalu membayar setiap
tagihan berdasarkan waktu jatuh tempu. Setiap pembayaran merukan hutang untuk
periode berjalan harus ditelusuri kedalam daftrar hutang dagang untuk
memperoleh kepastian bahwa pembayaran tersebut sudah tercakup sebagai hutang.
2.Memeriksa
dokumen yang mendasari setiap tagihan yang belum dibayarkan beberapa minggu
setelah tahun bersangkutan berakhir .
Prosedur
ini dilakukan untuk hutang yang belum dibayarkan hingga mendekati akhir dari
suatu audit dan bukan untuk hutang yang telah dibayarkan . Contohnya dalam
audit, atas laporan keuangan yang akan berakhir pada tanggal 31 Maret,
seandainya auditor memeriksa dokumen pendukung untuk cek-cek yang dibayarakan
sampai tanggal 28 Juni, maka semua tagihan yang belum dibayarkan sampai tanggal
tersebut harus diperiksa untuk menentukan apakah tagihan-tagihan tersebut
merupakan hutang untuk tahun yang telah berakhir pada tanggal 31 Maret
tersebut.
3.Menelusuri
lap.penerimaan barang yang dibuat sebelum akhir periode faktur penjual.
Semua pembelian barang yang diterima
sebelum akhir periode, harus dicatat sebagai hutang dagang. Dengan menelusri kelaporan penerimaan barang
yang telah dibuat pada / atau sebelum akhir tahun ke faktur-faktur rekanan dan
memberikan kepastian bahwa semuanya telah dimasukkan kedalam hutang dagang,
auditor sebenarnya sedang menguji hutang-hutang yang tidak dicatat.
4.Menelusuri
laporan rekanan yang menunjukkan saldo hutang ke daftar hutang.
Jika klien mempunyai daftar hutang
dagang, perlu ditelusuri untuk meyakinkan telah dicatat pada ledger hutang
dagang.
5.Konfirmasi
kepada pemasok.
Walaupun penggunaan konfirmasi dalam hutang dagang tidak umum dibandingkan dengan piutang
dagang, akan tetapi hal ini dilakukan juga untuk menguji adanya rekanan-rekanan
yang dihilangkan dari daftar hutang dagang, penghilangan transaksi dan
keslaahan pernyataan saldo-saldo.Dengan mengirimkan konfirmasi kepada setiap
rekanan yang aktif tanpa menyebutkan saldo yang terdapat dalam daftar hutang
dagang merupakan satu sarana yang bermanfaat untuk mencari jumlah-jumlah yang
dihilangkan. Jenis konfirmasi seperti ini biasanya disebut konfirmasi bersaldo
nol. Uraian lebih lanjut mengenai konfirmasi hutang dagang ini kita tangguhkan
sampai akhir penjelasan ini.
Pengujian Pisah Batas
Untuk menentukan apakah transaksi yang dibukukan beberapa hari
sebelum dan sesudah tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat.
Kelima prosedur yang telah dibahas dalam bagian terdahulu berkaitan secara langsung
dengan pisah batas perolehan, akan tetapi penekanan terletak pada pernyataan
terlalu rendah. Untuk prosedur pertama sampai ketiga , juga layak untuk
memeriksa dokumen pendukung sebagai pengujian terhadap adanya pernyataan hutang
dagang yang terlalu tinggi. Sebagai contoh, prosedur ketiga adalah menelusuri
laporan penerimaan barang yang dibuat sebelum akhir tahun ke faktur rekanan
yang bersangkutan untuk menguji hutang dagang yang tidak dicatat. Untuk menguji
kesalahan pisah batas yang mengakibatkan terjadinya pernyataan yang terlalu
tinggi, auditor harus menelusuri laporan penerimaan yang dibuat setelah akhir
tahun ke faktur yang bersangkutan untuk memperoleh kepastian bahwa
pembelian-pembelian tersebut belum dicatat sebagai hutang dagang ( kecuali
kalau pembelian tersebut berupa persediaan dalam perjalanan yang sebentar lagi
akan dijelaskan ). Seperti telah dinyatakan sebelumnya , auditor biasanya lebih
menaruh perhatian pada setiap pernyataan atas hutang yang terlalu rendah
daripada yang terlalu tinggi, karena hamper semua pengujian pisah batas ini
telah dibahas sebelumnya, maka disini hanya dua aspek saja yang akan kita
perluas, yaitu : pemeriksaan laporan penerimaan barang dan penentuan jumlah
persediaan dalam perjalanan.
Ada
dua aspek yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pisah batas, yaitu :
1.Hubungan pisah batas
dengan pemeriksaan phisik persediaan.
Mis. :
Perolehan pers.senilai Rp.40 Juta diterima pada tanggal 31
Des. Siang hari, setelah stok phisik.
- Kalau dicatat pada hutang dagang/pembelian, tetapi tidak belum dicatat pada persediaan, maka berakibat laba akan dinyatakan terlalu rendah.
- Tetapi jika belum dicatat pada hutang dagang, maka ada kesalahan pada lap.Neraca & lap.rugi/laba tetap benar.
Sehingga yang harus ditempuh oleh
auditor atas kondisi tersebut adalah mengkoordinasi pisah batas tersebut dengan
pelaksanaan stok phisik. Informasi pisah batas untuk pembelian harus diperoleh
selama pengamatan phisik barang. Pada saat itu, auditor harus mengkaji ulang
prosedur dalam penerimaan bagian barang
untuk menentukan bahwa semua persediaan yang diterima sudah dihitung, dan dia
harus mencatat dalam kertas-kertas kerjanya nomor laporan penerimaan barang
terakhir yang termasuk dalam perhitungan
phisik tersebut. Kemudian selama audit lapangan pada akhir tahun tersebut,
auditor harus menguji setiap catatan akuntansi untuk melihat pisah batasnya
masing-masing. Ia harus menelusuri seluruh nomor penerimaan barang ke setiap
catatan hutang dagang untuk memeriksa bahwa semuanya sudah dimasukkan atau tidak
dimasukkan dengan jumlah yang benar.
Apabila perhitungan phisik
persediaan klien dilakukan sebelum hari terakhir tahun bersangkutan, masih
perlu dilakukan pisah batas hutang dagang pada saat perhitungan phisik
persediaan dengan cara yang telah dijelaskan pada alinea diatas. Selanjutnya
auditor harus membuktikan apakah semua perolehan antara saat perhitungan
phisik dan akhir tahun telah ditambahkan
kedalam persediaan phisik dan hutang dagang. Sebagai contoh, kalau klien
melakukan perhitungan phisik persediaan pada tanggal 27 Desember untuk periode
keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember , maka pisah batas tersebut
hanya berlaku sampai tanggal 27 Desember tersebut. Selama audit lapangan akhir
tahun, pertama- auditor harus melakukan pengujian untuk menentukan apakah pisah
batas samapai tanggal 27 Desember telah benar-benar akurat. Setelah dia
menetapkan bahwa pisah batas sampai tanggal 27 Desember sudah akurat,
selanjutnya auditor harus melakukan pengujian apakah semua persediaan barang
yang diterima setelah tanggal perhitungan phisik tersebut, tetapi sebelum
tanggal neraca, telah ditambahkan oleh klien ke dalam persediaan dan hutang
dagangnya.
2.Persediaan barang dalam perjalanan
Persediaan barang atas dasar FOB tujuan barang ( Franko
gudang pembeli ) artinya : hak pemilikan barang akan berpindah ke pembeli kalau
barang telah diterima.
FOB asal barang ( Franko Penjual ) artinya : persedian dan
hutang harus dicatat saat barang dikirim sebelum tanggal neraca.
Auditor harus memeriksa
dokumen-dokumen untuk menentukan apakah suatu persediaan dibeli berdasarkan FOB
tujuan atau Asal barang.
Keandalan Dari Setiap Bukti
- Perbedaan antara faktur dan laporan rekanan
Mempunyai kegunaan dalam memverifikasi
tergantung kondisi yang dihadapi. Laporan rekanan lebih cocok untuk
membandingkan dengan saldo hutang karena dilaorkan secara global. Sedangkan
faktur memuat catatan yang spesifik, seperti : tanggal,jenis
barang,no.order,dll. Laporan rekanan tidak selalu merupakan bukti yang
diinginkan untuk memverifikasi masing-masing transaksi sebab laporan rekanan
hanya menyebutkan jumlah total setiap transaksi. Unit-unit yang diperoleh
harga, ongkos angkut, dan data penting lainnya tidak tercantum di dalamnya.
Akan tetapi laporan rekanan selalu mempunyai beberapa kelebihan karena terdapat
saldo akhir menurut catatan setiap rekanan. Laporan rekanan akan lebih unggul
untuk melakukan verifikasi terhadap hutang dagang sebab didalamnya tercantum saldo akhir.
Auditor dapat membandingkan faktur penjual dengan daftar yang disiapkan oleh
pihak klien dan tetap tidak menemukan faktur-faktur yang hilang, yang merupakan perhatian utama
dalam kaitannya dengan hutang dagang.
- Perbedaan laporan rekanan & konfirmasi
Laporan konfirmasi diterima langsung
dari pihak ketiga, sedangkan laporan rekanan diterima dari klien sehingga
validitas agak meragukan. Tetapi jika klien mempunyai pengendalian internal
yang memadai maka konfirmasi tidak terlalu dipentingkan. Karena sudah
tersedianya laporan dan faktur penjual, dimana keduanya dipandang sebagai bukti
yang secara relative dapat diandalkan karena berasal dari pihak ketiga, maka
konfirmasi hutang dagang tidak terlalu umum berlaku disbanding dengan
konfirmasi piutang dagang. Kalau pihak klien mempunyai struktur pengendalian
intern yang memadai dari setiap laporan rekanan selalu tersedia untuk tujuan
audit, biasanya konfirmasi tidak pernah dikirimkan.
Dalam hampir setiap kejadian dimana
dilakukan konfirmasi hutang dagang, hal itu dilaksanakan secepatnya setelah
tanggal neraca. Akan tetapi kalau struktur pengendalian intern cukup kuat ,
barangkali memungkinkan juga membuat konfirmasi atas hutang dagang pada tanggal
laporan keuangan interim sebagai alat pengujian atas efektivitas struktur
pengendalian .
Ketika laporan rekanan diperiksa atau
konfirmasi sudah diterima , maka harus dibuat suatu rekonsiliasi dari laporan
atau konfirmasi tersebut dengan daftar hutang dagang.
Seringkali, perbedaan yang timbul
disebabkan oleh :
-
Persediaan
dalam perjalanan
-
Cheque
yang dikirim oleh Klien
-
Penundaan
dalam proses pencatatan akuntansi
Rekonsiliasi itu sendiri sangat umum
sifatnya sama seperti yang telah dijelaskan. Jenis dokumen yang secara khas
dipakai untuk membuat rekonsiliasi atau saldo-saldo yang terdapat dalam daftar
hutang dagang dengan konfirmasi atau laporan rekanan sendiri terdiri dari :
-
Laporan
rekanan
-
Faktur
rekanan
-
Cheque
yang dibatalkan karena sudah dibayar
Besar
Sample
Yang dipakai untuk menguji hutang
dagang sangat berbeda-beda tergantung pada beberapa factor , seperti :
-
Materialitas
hutang dagang
-
Jumlah
hutang dagang
-
Struktur
pengendalian intern
-
Hasil
pemeriksaan tahun lalu
Kalau struktur pengendalian intern
klien lemah bukan tidak umum untuk hutang dagang, maka semua pos populasi harus
diverifikasi.
Dalam situasi lainnya, barangkali
hanya dibutuhkan minimal. Sampling statistic tidak perlu untuk diterapkan untuk mengaudit hutang dagang disbanding
dengan piutrang dagang. Jauh lebih sulit untuk menentukan populasi dan
menetapkan populasi dalam hutang dagang ini. Karena penekanan adalah hutang
dagang yang dihilangkan, maka sangat penting bahwa populasi itu mencakup semua
hutang yang potensial.
Menetapkan populasi semua hutang yang
potensial sering mengakibatkan populasi tersebut menjadi sukar ditangani. Ada
dua contoh dimana sampling variable dapat dengan mudah digunakan untuk menguji
hutang dagang, yaitu:
-
Auditor
merasa puas bahwa semua nama rekanan telah dimasukkan dalam daftar hutang
dagang walaupun beberapa diantaranya mungkin dicantumkan dalam jumlah yang
salah. Dalam hal ini populasi didefinisikan sebagai semua penjual yang terdapat
dalam daftar tersebut.
-
Auditor
merasa puas bahwaa semua hutang dagang pada tanggal neraca sudah dibayarkan
setelah akhir tahun . Dalam hal ini populasi didefinisikan sebagai semua
pembayaran dalam akhir tahun tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar