A. REAKSI
DARI MASYARAKAT TERHADAP KASUS KPK DAN
POLRI
Ratusan
aktivis dari 32 elemen masyarakat di Jawa Timur menggelar aksi unjuk rasa
menentang kriminalisasi terhadap dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
(nonaktif), Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah. Aksi massa yang tergabung dalam Solidaritas Jatim untuk KPK
itu dilakukan di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa (3/11).
Mereka menolak kriminalisasi terhadap KPK oleh kejaksaan dan kepolisian. "Kami juga siap ditahan untuk menggantikan Bibit dan Chandra sebagai sesama pejuang pemberantasan korupsi," kata Wawan Kemplo, koordinator lapangan.Ia mendesak pemerintah agar segera melakukan reformasi di tubuh Kejaksaan Agung (Kejakgung) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
"Hal itu harus segera dilakukan, kalau pemerintah ingin menunjukkan tidak ada konspirasi dalam kasus ini," katanya.Para pengunjuk rasa menggelar aksi teatrikal di bawah Patung Gubernur Suryo yang berada di seberang Grahadi. Para pengunjuk rasa menampilkan parodi berjudul Pemerintahan Republik Bajoel Boentoeng.Dalam parodi itu, Presiden Republik Bajoel Boentoeng mengumpulkan sejumlah menteri, termasuk Kepala Kepolisian Republik Bajoel Boentoeng, untuk mendengarkan laporan kesuksesan mereka masing-masing.
Aksi dilanjutkan dengan dua orang pengunjuk rasa yang dibalut kertas koran, lalu disiram beramai-ramai di depan Presiden Republik Bajoel Boentoeng dan menteri-menterinya.
Kedua orang yang dibalut kertas koran itu menggambarkan dua pimpinan KPK (nonaktif), Bibit dan Chandra, yang ditahan oleh Polri akibat sering memberikan keterangan pers yang dianggap dapat membelokkan opini masyarakat dalam kasus penyalahgunaan wewenang pimpinan KPK.
Aksi yang berlangsung tertib itu memacetkan arus lalu lintas di Jalan Gubernur Suryo karena dua dari enam lajur ditempati para pengunjuk rasa.Sejumlah petugas kepolisian, baik yang menggunakan seragam lengkap maupun berpakaian preman turut mengamankan aksi tersebut.Di antara 32 elemen masyarakat yang menggelar aksi solidaritas untuk KPK itu adalah KontraS, LBH, AJI, GMNI, Paguyuban Cak dan Ning Surabaya, PMII, FISIP Unair, dan Serikat Dosen Progresif Unair.
Mereka juga menggelar baliho dan spanduk, di antaranya bertuliskan: "KPK Dipreteli Karena Century". ( kompas.com )
Mereka menolak kriminalisasi terhadap KPK oleh kejaksaan dan kepolisian. "Kami juga siap ditahan untuk menggantikan Bibit dan Chandra sebagai sesama pejuang pemberantasan korupsi," kata Wawan Kemplo, koordinator lapangan.Ia mendesak pemerintah agar segera melakukan reformasi di tubuh Kejaksaan Agung (Kejakgung) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
"Hal itu harus segera dilakukan, kalau pemerintah ingin menunjukkan tidak ada konspirasi dalam kasus ini," katanya.Para pengunjuk rasa menggelar aksi teatrikal di bawah Patung Gubernur Suryo yang berada di seberang Grahadi. Para pengunjuk rasa menampilkan parodi berjudul Pemerintahan Republik Bajoel Boentoeng.Dalam parodi itu, Presiden Republik Bajoel Boentoeng mengumpulkan sejumlah menteri, termasuk Kepala Kepolisian Republik Bajoel Boentoeng, untuk mendengarkan laporan kesuksesan mereka masing-masing.
Aksi dilanjutkan dengan dua orang pengunjuk rasa yang dibalut kertas koran, lalu disiram beramai-ramai di depan Presiden Republik Bajoel Boentoeng dan menteri-menterinya.
Kedua orang yang dibalut kertas koran itu menggambarkan dua pimpinan KPK (nonaktif), Bibit dan Chandra, yang ditahan oleh Polri akibat sering memberikan keterangan pers yang dianggap dapat membelokkan opini masyarakat dalam kasus penyalahgunaan wewenang pimpinan KPK.
Aksi yang berlangsung tertib itu memacetkan arus lalu lintas di Jalan Gubernur Suryo karena dua dari enam lajur ditempati para pengunjuk rasa.Sejumlah petugas kepolisian, baik yang menggunakan seragam lengkap maupun berpakaian preman turut mengamankan aksi tersebut.Di antara 32 elemen masyarakat yang menggelar aksi solidaritas untuk KPK itu adalah KontraS, LBH, AJI, GMNI, Paguyuban Cak dan Ning Surabaya, PMII, FISIP Unair, dan Serikat Dosen Progresif Unair.
Mereka juga menggelar baliho dan spanduk, di antaranya bertuliskan: "KPK Dipreteli Karena Century". ( kompas.com )
Selain
itu, di Jakarta - Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Erry Riyana Hardjapamekas menegaskan, Presiden Susilo Bambang Yuddi jKrthoyono
perlu turun tangan untuk menangani gesekan antara KPK dan Polri. "Menurut
saya, presiden perlu turun tangan," kata Erry ketika ditemui setelah aksi
dukungan terhadap KPK di gedung KPK, Jakarta, Selasa (15/9).Erry mengatakan,
keterlibatan presiden bisa dilakukan tanpa mengintervensi proses hukum yang
sedang dijalankan Polri.
Polri kini sedang memeriksa pimpinan
KPK terkait dugaan penyalahgunaan wewenang dalam penerbitan dan pencabutan
status pencegahan terhadap pengusaha Djoko Tjandra, serta penerbitan cegah
terhadap pengusaha Anggoro Widjojo.Erry menegaskan, presiden bisa campur tangan
agar gesekan antara KPK dan Polri tidak diwarnai kepentingan individu tertentu.
"Yang perlu dilakukan presiden
adalah mengapa konflik kepentingan oknum kecil dibiarkan," kata Erry. Erry
menghargai proses hukum yang dilakukan oleh Polisi. Namun dia berharap proses
itu dilakukan berdasar pertimbangan yang obyektif dan tidak terkesan
mencari-cari kesalahan. "Memang proses hukum harus dihargai, tapi kalau
dengan alasan yang kesannya diada-adakan itu aneh," katanya.Dia menilai,
publik akan menduga telah ada sesuatu yang dirahasiakan jika presiden tidak
segera bertindak."Ini bisa jadi skandal politik yang akan berdampak pada
presiden sendiri," Erry manambahkan.
Menurut Erry, upaya pelemahan
terhadap KPK sebenarnya sudah berlangsung sejak dirinya aktif di lembaga
pembasmi koruptor itu.Dia menganggap masalah yang dihadapi KPK saat ini adalah
buah dari sejumlah upaya pelemahan yang sudah terjadi sejak lama."Kami
sadar kami diintip," kata Erry tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.
Desakan serupa juga datang dari
aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW).Wakil Koordinator ICW, Emerson Yuntho
menganggap alasan pemanggilan terhadap KPK tidak jelas karena selalu
berubah-ubah, dari isu penyadapan, suap, hingga penyalahgunaan wewenang.Dia
menganggap presiden perlu mempertanyakan kepada polisi untuk memperjelas
langkah hukum yang sedang berlangsung.
"Presiden harus aktif dalam hal
ini," kata Emerson.Desakan serupa juga datang dari ratusan orang yang
tergabung dalam Solidaritas Putih Antikorupsi.Dalam aksinya di depan gedung
KPK, mereka mendesak presiden untuk membuat perubahan, serta mendukung upaya
pemberantasan korupsi dan penegakan hukum.
"Mr. President, You can make a
difference now. Save KPK, Fight Corruption," demikian pesan yang tertulis
dalam sejumlah poster dalam aksi itu.(ant/yan)
B. ANALISIS MASALAH
Menurut
kelompok kami kasus di atas termasuk sila ke 5 ( lima ) yaitu keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia, kasus ini harus di usut tuntas apa yang menjadi
sebab terjadi nya kasus ini agar jalur kasus mejadi jelas siapa yang bersalah
dan siapa yang benar. Siapa pun yang terlibat dlam kasus ini harus di proses
secara hukum dengan seadil – adilnya.
Sehingga
tidak muncul opini masyarakat yang negative terhadap lembaga hukum yang
berwenang dalam kasus ini. Disamping itu, rasa tidak puas masyarakat yang
berakibat unjuk rasa berasal dari lambatnya proses yang dilakukan oleh lembaga
hukum terkait dianggap terlalu rumit dan
lamban. Bantuan dari pihak ketiga dalam kasus ini sangat diperlukan untuk
proses mediasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar